MUSHAF MADINAH
Sekarang ini banyak beredar Mushaf cetakan
Timur Tengah (selanjutnya disebut Mushaf Madinah). Karena cetakannya bagus dan
tulisannya terang, banyak kaum muslimin yang tertarik untuk menggunakannya,
namun disisi lain banyak kaum muslimin Indonesia yang belum mengenal tanda baca
yang dipakai pada Mushaf ini sehingga mereka sering mengalami kesulitan bahkan
salah dalam membacanya.
Tidak sebagaimana Mushaf Qur’an gaya tulisan
Asia Tenggara, Mushaf Madinah walaupun sama- sama berdasar QIRO’AT IMAM ASHIM
ALA RIWAYATI HAFSH BITHORIQOTI ASYATIHIBIYYAH, ia memiliki tanda- tanda baca
dan penulisan khusus yang tidak biasa dipakai dalam Mushaf Indonesia/ Asia
Tenggara, sehingga bagi pemula dan bagi mereka yang kurang memahami bahasa
Arab, sering terjadi kesalahan baca yang kadang- kadang berakibat menjadi
berubah makna kandungannya, dan ini tentu saja tidak boleh terjadi.
Maka atas dasar keprihatinan tersebut, atas
karunia dan seizin Allah semata, penulis berusaha akan menjelaskannya kepada
para pembaca dan pencinta Ilmu Al- Qur’an, mudah- mudahan dengan asbab tulisan
yang kami buat ringkas ini dapat bermanfaat bagi segenap kaum muslimin muslimat
dan bagi siapapun yang membaca dan mempelajarinya dan insya Allah Biaunillah
akan menjadi amal jariyah bagi penulis sepanjang masa. Amin,
Maka inilah beberapa tanda baca dan tulisan
khusus yang dipergunakan pada Mushaf Madinah, penulis paparkan kan berdasarkan
Al- Mushaf Al- Muyassar karya As- Syaikh Abdul Jalil Isa dan berdasarkan kitab-
kitab n yang lain seperti kitab Al- Muqni’u Fi Rosmi Masohifil Amshor oleh Imam
Abu Amr Ad- Dani,dll :
بسم الله الرجمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا مجمد وعلى ال سيدنا محمد
I. TANDA MAD/ GHOIRU MAD.
1.
Mad Badal dituliskan dengan menggunakan Hamzah
+ Alif ( ءا
) sebagai pengganti alif dengan tanda Fatkhah panjang ( اٰ ). Seperti:
ءَادَمَ = اٰدَمَ - ءَامَنُواْ =
اٰمَنُوْا -
ءَازَرَ =
اٰزَرَ
2.
.Bila Hamzah berada DITENGAH Lam Alif ( لأ ), maka
Hamzah harus dibaca panjang sebagai Mad Badal, beda dengan Hamzah DIUJUNG Lam
Alif ( لا ), seperti:
لَأَيَاتٍ = لاٰ يَاتٍ - لَأَيَةً = لَاٰيَةً
3.
.Sedangkan pada kalimat- kalimat dibawah ini
dimana Hamzah ditulis DIUJUNG Lam Alif, maka Hamzah dibaca pendek, kecuali bila
setelahnya ada Wawu dan hamzahnya berharokat dhommah, seperti:
لَا َٔوْضَعُوا - لَا َٔعَدُّوا - لَأَرَيْنَكُمْ -
لَأَرْجُمَنَّكُمْ
4.
.Tanda Alif kecil ( ا ), Ya’ kecil ( ﮮ ) dan Wawu kecil (و ) TANPA SYAKAL
adalah tanda mad, harus dibaca panjang. Seperti:
ذَٰلِكَ = ذَالِكَ - يَلْوُونَ =
يَلْوُوْنَ -
إِﮮلَٰفِهِمْ = اِيْلَافِهِمْ
5.
Begitu juga bila Wawu kecil atau Ya’ kecil itu
jatuh setelah Ha’ Dhomir, maka Ha’ nya dibaca panjang sebagai Mad Shilah.
Seperti:
لَهُ و = لَه’ بِهِﮮ = بِهٖ
Hati- hati saat
Waqof
(لَهُ و )
diwaqof =”Lah”. Bukan “Lahu”
(بِهِﮮ )
diwaqof =”Bih”. Bukan “Bihi”
6.
Bila ada Wawu diatasnya ada Alif berdiri dan
sebelumnya ada huruf berharakat Fatkhah, maka Wawunya dianggap tidak ada dan
dianggap sebagai Alif (Mad). Seperti:
ٱلصَّلَوٰةَ = الصَّلَاةَ - ٱلزَّكَوٰة =
الزَّكَاَةَ -
ٱلحَيَوٰةَ =
الحَيَاةَ -
ٱلرِّبَوٰ = الرِّبَا
7.
Huruf Ya’ ( ى ) tak bertitik bila diatasnya ada tanda
alif kecil, maka Ya’ nya dianggap tidak ada dan dibaca sebagai Alif (Mad).
Seperti:
هَدىنِ = هَدَانِ - التَّوْرَىٰةَ =
التَّوْرَاةَ - أَرَىٰكَ = اَرَاكَ
8.
Bila ada huruf Ya’ ( ى ) tak bertitik dan tak berharokat di AKHIR
KALIMAT, maka berarti ia adalah Ya’ sukun sebagai tanda Mad. Seperti:
ٱلَّذِى = الَّذِيْ - يُوحِى = يُوْحِيْ - رَبِّى = رَبِّيْ
9.
Namun bila DIBAWAH Ya’ ada Hamzah, maka Hamzah
dibaca pendek, Ya’ bukan tanda Mad!... Seperti pada QS 10/15 dan QS 51/42:
تِلْقَآئِ نَفْسِى = تِلْقَآءِ نَفْسِيْ ( 10\15)
وَرَآئِ حِجَابٍ = وَرَءِ حِجَابٍ ( 42\51)
10.
Bandingkan dengan tulisan dan tanda dibawah ini
dimana Hamzah juga dibaca pendek:
مِن نَّبَإْ ى = مِنْ نَبَإِ (34/72) - لِشَاْىءٍ =
لِشَيْءٍ (23/18)-
وَمَلَإىْهِ =
وَمَلَئِهِ (7/43)-
أَفَإِ ىْنْ = أَفَ ئِنْ (3/144 + 21/34
11.
Tanda bulat kecil ( ° ) diatas sebuah huruf,
berarti huruf tersebut dianggap tidak ada dan tidak usah dibaca. Awas hati-
hati kabalikan dalam Qur’an Indonesia yang kadang dipakai sebagai tanda sukun.
Seperti:
أُوْلٰئِكَ - أُوْلِى أَجْنِحَةٍ - أُوْلُوأ الْعِلْمِ - وَأُٔوْلٰتُ ٱلأَحْمَالِ -
يَتْلُواْ صُحُفاً - مِن نَّبَإِىْ الْمُرْسَلِيْنَ - ءامنواْ - بَنَيْناَ بأييْد
Hati- hati,
Wawu tak berharokat justru sebagai tanda Mad!!!
Seperti:
أُولَٰهُمْ لِأُخْرَاهُمْ (7/39)-
(لَفِى الصُّحُفِ الْأُولَٰىٰ (87/19
Penting: - Pada
lafadh Tsamuuda bila di Waqof, “Dal” nya disukun, menjadi Mad Aridh
Lissukun...Tsamuuud.(Bila washol, DA dibaca pendek)
ثَمُوْداْ - ثَمُودَ - ثَمُودْ۞
12.
Tanda BULAT PANJANG kecil ( ) diatas Alif
menunjukkan bahwa pada SAAT WASHOL DIBACA PENDEK – SAAT WAQOF DIBACA PANJANG.
Seperti :
أناْ - لكنا ْ
- الظنونا ْ - السبيلا ْ - الرسولاْ-
قَوَارِيْرَاْ (الإنسان ١٥)
Catatan:
- Khusus pada
Surat Al- Insan ayat 16, bila diwaqof DISUKUN:
قَوَارِيْرَا ْ قَوَارِيرْ۞ (الإنسان 15)
- Khusus pada
Surat Al- Insan ayat 4 bila diwaqof BOLEH DISUKUN atau DIBACA PANJANG SATU
ALIF, yakni:
سَلاَسِلَا ْ - سَلَاسِلاَ ۞
\ سَلاَسِلْ۞
13.
Pada contoh dibawah ini Wawu dibaca pendek,
bila terpaksa Waqof, Wawu disukun menjadi Mad Aridh Lissukun:
لِتَتْلُوَاْ - لِيَرْبُوَاْ - لِيَبْلُوَاْ -
وَنَبْلُوَاْ - لَنْ نَدْعُوَاْ
14.
Hamzah diatas Wawu + Alif bertanda bulat kecil,
maka Wawu dan Alifnya tidak dibaca, seperti:
ٱلعُلَمَاؤُاْ = العُلَمَاءُ - أَنبَاؤُاْ =
اَنْبَاءُ -
ٱلضُّعَفَاؤُاْ = الضُّعَفَاءُ
شُرَكَآؤُاْ = شُرَكَاءُ - يَتَفَيَّؤُاْ =
يَتَفَيَّأُ -
يُنَشَّؤُاْ =
يُنَشَّأُ
II. IDGHOM KAMIL/ NAQIS.
Dalam Mushaf Madinah dikenal Idghom Kamil
(Lebur Sempurna) dan Idghom Naqis (Lebur Tak Sempurna) baik untuk Idghom
Mutaqorribain/ Mutajannisain/ Idghom Bighunnah/ Idghom Mimy, dsb. Berikut
penjelasannya.
15.
Huruf TAK BERHARAKAT APAPUN disusul dengan
huruf bertasydid menunjukkan bahwa huruf yang pertama “lebur” secara sempurna
(Idghom Kamil), seperti:
- أُجِيْبَت دَّعْوَتُكُمَا - يَلْهَث ذّالِكَ - وَقَالَت طَّائِفَةٌ - وَمَن
يَّكْرَههُّن
- اركب معنا
16.
Huruf TAK BERHARAKAT APAPUN disusul dengan
huruf tak bertasydid menunjukkan bahwa huruf yang pertama:
a. “Lebur” secara tidak sempurna (Idghom Naqis)
kedalam huruf berikutnya. Seperti:
فَرَّطتُمْ -
بَسَطتَ - أَلَمْ نَخْلُقكُمْ -
مَن يَقُولُ -
مِن وَالٍ
b.”Samar” atau Ikhfa’ bila huruf yang tak
berharokat itu ADALAH huruf NUN tatkala bertemu dengan huruf lima belas, atau
huruf MIM ketika ketemu BA’. Lihat keterangan tentang Ikhfa’, baik Ikhfa’
Haqiqy atau Ikhfa’ Syafawi, seperti:
مِن تَحْتِهَا -
مِن ثَمَرَةٍ - إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ
17.
Meletakkan huruf MIM kecil didepan harokat
Fatkhah, Dhommah atau Kasroh nya huruf NUN menunjukkan bahwa huruf NUN itu
“berubah”/ Iqlab seperti membaca huruf MIM yang tersamar disertai dengung. Lihat
kembali pelajaran IQLAB.
Contoh pada QS 98/4 - QS 13/43 - 68/13:
شهيدا بينى ( 97\4) - من بعد ما جاءتهم 13\43)
- عتل بعد ذالك زنيم ( 68\13)
18.
Penulisan dua harokat GANDA Dhommatain-
Fatkhtain- Kasrotain , menunjukkan TANWIN yang dibaca Idhar (jelas). Ingat
kembali pelajaran Idhar.
سَمِيْع̋ عَلِيْمٌ - وَلاَ شَرَابا ًإِلَّا -
قَوْمٍ هَاد
19.
Penyusunan harokat ganda tersebut diatas bila
diikuti huruf yang bertasydid, menunjukkan terjadinya Idghom Kamil. Ingat
pelajaran tentang hukum Nun Mati dan Tanwin.
خُشُب̋ مُّسَنَّدَةٌ - غَفُوراً رَّحِيماً - وُجُوه̋ يَّوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ
20.
Meletakkan tanda potongan kepala huruf
kha'tanpa titik diatas huruf NUN (dalam makalah ini ditulis pakai bulatan kecil
kerana kesulitan teknis) - menunjukkan bahwa huruf NUN tersebut harus dibaca
Idhar (jelas). Ingat pelajaran Idhar.
مِن خَيْرٍ - وَيَنؤَ ن عَنْهُ - مَنْ ءَامَنَ
قَدْ سَمِعَ - أَوَعَظْتَ - وَخُضْتُمْ
III. TANDA- TANDA KHUSUS
21.
Bila ada tanda huruf Nun ( ) kecil, berarti
harus dibaca disana ada Nun Sukun. Satu- satunya pada Qur'an Surat 21/88,
Seperti:
Lihat tulisan aslinya dalam Mushaf Madinah
tanpa huruf Nun yang kedua
22.
Bila ada Ya’ kecil diatas Ya’, berarti
sesungguhnya ada dobel Ya’ (Ya’ ganda), seperti pada QS 3/20 - QS 5/111 - QS
7/196:
- وَالْأُمِّيِّيْن -
الحَوَارِيِّيْنَ - - وَلِيِّيَ
Lihat tulisan aslinya di mushaf madinah pada
ayat- ayat tersebut diatas..
23.
.Bacaan TASHIL ditandai juga dengan BULATAN
KECIL diatas Hamzah. Tashil artinya meringankan bacaan Hamzah ke II. Ikuti
bacaan guru. Lihat pada Qur'an Surat 41/44:
24.
Bacaan IMALAH ditandai dengan BELAH KETUPAT
KECIL. Imalah artinya mencondongkan harokat Fatkhah ke 2/3 KASROH. Ikuti bacaan
guru. Seperti pada Qur'an Surat 11/41:
25.
Huruf SHOD bertanda SIN diatasnya, maka huruf
tersebut harus dibaca SIN. Seperti pada Surat 2/245
والله يَقْبِضُ
وَيَبْصُطُ وَاِلَيْهِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar