Blogger Widgets

Rabu, 26 November 2014

MACAM - MACAM MUSHAF AL-QUR'AN: Macam-macam mushaf al-Qur'ani

MACAM - MACAM MUSHAF AL-QUR'AN: Macam-macam mushaf al-Qur'ani: Macam-macam mushaf al-Qur’an   Masing-masing versi mushaf memiliki perbedaan, banyak atau sedikit, sebagai berikut: 1. Mushaf...

Welcome


Selamat datang di my blog. Semoga blog ane yang bertema MACAM-MACAM MUSHAF AL-QUR’AN ini dapat bermanfa’at didunia maupun diakhirat kelak. AMIN ^_^..
nb: jangan lupa beri komentar dan saran nya yah




About me



About me

Sebelum antum liat Blog ane. Antum harus kenal dulu ane tuh siapa????..
berdasarkan kata pepatah’’tak kenal maka tak sayang.
Nama                  :NIA {singkatnya}
Sekolah               :Man 1 Bandar Lampung
Kelas                    :XI IAI 2
TTL                      :10 AUG 1998
Hobby                 :Free Travelling
Guru favorit       : bapak SUTOPO dong..,, {hhahha modus}
Mapel favorit      :TIK {modus jg}
Begitu aja tentang ane kalo mau lebih jelas dan pengen lebih tau ane dateng aja ke kelas XI IAI 2 Man 1 BL


Pluralitas mushaf era nabi dan sahabat

PLURALITAS MUSHAF AL-QUR’AN ERA NABI DAN SAHABAT

A. Konsep Wahyu, al-Qur’an dan Mushaf
Untuk dapat memahami terjadinya perbedaan mushaf secara logis dan kritis, maka harus dipahami lebih dahulu konsep wahyu, al-Qur’an dan mushaf itu sendiri.


          1. Wahyu
Wahyu dalam bahasa Arab berakar dari fi’il madhiWaha”, yang berarti penyampaian pengetahuan kepada orang lain secara samar dan rahasia, dan orang itu memahami apa yang diterimanya.Substansi pewahyuan adalah penyampaian informasi secara tersembunyi, dan oleh karena itu maka apa yang diwahyukan hanya dapat dipahami oleh Tuhan yang menyampaikan dan Rasul yang menerimanya. Sedangkan substansi informasi pengetahuan tersebut tidak lain adalah ajaran-ajaran dari Allah SWT sebagai petunjuk untuk kehidupan umat manusia.
Dalam perdebatan ilmu kalam selalu muncul persoalan apakah zat Allah SWT memiliki sifat atau tidak. Namun hampir semua ilmuawan muslim sepakat bahwa wahyu Allah SWT adalah azali, tanpa lafaz yakni tidak ada awal dan tidak ada akhir, tidak menggunakan bahasa tertentu (la lughat), tidak berhuruf (la harfa), dan tidak berbentuk suara tertentu (la shauta). Kesimpulannya: Wahyu adalah kalam Allah atau firman Allah tanpa lafaz (suara, huruf, dan bahasa). Oleh karena  proses pewahyuan terjadi demikian rahasia, tanpa bahasa verbal dan di alam azali, maka wahyu berada di luar analisis ilmiah.
Bentuk-bentuk wahyu beragam, yaitu berupa isyarat  (Q.Surat Maryam : 11), ilham,  (Q. Surat Qashash: 7), bisikan, (Q. Surat Al-An’am : 12) dan (4) pesan (Q. Surat Al-Anfal: 12).
  
              2. Al-Qur’an
Kebanyakan ulama, seperti Subhi Al Salih, mendefinisikan Al-Qur'an sebagai “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir di mana membacanya termasuk ibadah”. 

Wahyu Tuhan yang diterima oleh Rasul SAW sebagai pengemban amanah harus disampaikan kepada manusia. Wahyu atau pesan Tuhan,  yang semula tanpa lafaz dan hanya dipahami oleh Rasul SAW, ketika disampaikan kepada manusia harus menggunakan lafaz bahasa tertentu, agar dapat diterima dan dipahami oleh mereka. Dalam konteks al-Qur’an ini, sistem bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab karena memang audiens awal adalah masyarakat Arab.
Jika proses komunikasi Tuhan dengan Rasul SAW, atau peyampaian wahyu, menggunakan bahasa rahasia, bahasa parole, maka komunikasi atau penyampaian wahyu kepada masyarakat Arab sudah menggunakan bahasa natural keduniaan, dan itulah bahasa masyarakat Arab. Dalam teori Muhammad Syahrur, proses penurunan wahyu ketika masih di alam azali dari Allah SWT kepada malaikat di langit dunia disebut dengan al-Tanzil. Sedangkan proses penurunan wahyu dari langit ke alam dunia, oleh Syahrur, dinamakan al-Inzal.
Wahyu yang sudah diterima oleh Rasul SAW lalu disampaikan (dibacakan) kepada manusia dalam bentuk bahasa Arab inilah yang kemudian dinamakan al-Qur’an. Dengan kata lain, al-Qur’an adalah wahyu Tuhan yang sudah terucap secara lisan dan dibaca dalam bahasa Arab.
Dalam membaca al-Qur’an secara lisan ini, tentu audiens masyarakat Arab memiliki kemampuan, keahlian, pengetahuan dan kebiasaan berbeda. Oleh karena perbedaan itu maka dapat dipahami dan dimaklumi jika kemudian Rasul SAW memberikan keleluasaan dan kebebasan kepada para sahabat untuk berbeda dalam membaca lafaz-lafaz al-Qur’an sesuai dengan dialek-dialek bahasa Arab yang beragam, sepanjang masih memiliki tujuan makna yang sama. Kelonggaran yang diberikan oleh Nabi SAW dalam membaca lafaz-lafaz al-Qur’an tertuang dalam sabda beliau  yang berbunyi: “ Sesungguhnya al-Qur’an ini diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah al-Qur’an itu dengan cara mudah.
Penyampaian pesan Allah SWT, dalam bentuk bacaan al-Qur’an kepada manusia tentunya masih menggunakan bahasa lisan atau bahasa oral. Setiap kali menerima wahyu, maka Nabi SAW kemudian membacakannya kepada para sahabat, dan mereka pun menghapalnya. Tradisi lisan atau menghapal dalam masyarakat Arab merupakan tradisi mulia dan lebih populer melebihi tradisi tulis. Ketika bacaan al-Qur’an dalam bentuk lisan beralih dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan maka muncul konsep mushaf.

3. Mushaf
Kata Mushaf  atau Shuhuf  berasal dari bahasa Arab Selatan kuno. Kata shuhuf  bentuk jamak dari shahifah yang berarti selembar bahan yang digunakan untuk tempat menulis, tetapi berbagai lembaran tersebut masih terpisah-pisah tidak terjilid.

Selasa, 25 November 2014

Macam-macam mushaf al-Qur'ani






Macam-macam mushaf al-Qur’an

 Masing-masing versi mushaf memiliki perbedaan, banyak atau sedikit, sebagai berikut:

1. Mushaf Ali bin Abi Thalib

Mushaf Ali bin Abi Thalib memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh mushaf lainnya. Karakter khusus mushaf ini adalah:
 a. Ayat dan surat tersusun rapi sesuai dengan urutan turunnya, maka ayat-ayat makkiyah diletakkan sebelum ayat-ayat madaniyah, ayat-ayat yang turun masa awal diletakkan lebih dahulu dari pada ayat-ayat yang turun belakangan.
 b. Bacaan yang tercantum dalam mushaf ini lebih mendekati keaslian sehingga lebih sesuai dengan bacaan Rasul;
 c. Ada catatan tanzil dan takwil di tepi mushaf yang menjelaskan situasi dan kondisi serta latar belakang ayat-ayat al-Qur’an diturunkan. Penjelasan ini sangat berguna dalam menggali maksud ayat-ayat al-Qur’an diturunkan serta menyingkap makna-makna ayat yang masih samar.
Dari mushaf Ali ini sebenarnya banyak manfaat yang dapat digali, antara lain dapat diketahui perjalanan tasyri’ hukum, proses gradualisasi dakwah, dan pentahapan ajaran Islam, demikian pula proses nasikh dan mansukh dalam al-Qur’an. Seandainya mushaf Ali ibn Abi Thalib ini masih ada saat ini tentu akan banyak problem dalam memahami al-Qur’an akan teratasi.

2. Mushaf Ibn Mas’ud

Mushaf Ibn Mas’ud memiliki ciri yang juga berbeda dari mushaf lainnya, yaitu:
 a. Hanya memuat 111 surat dan minus surat al-Fatihah dan al-Mu’awwizatain (surat al-Falaq dan an-Nas).
 b. Kata-kata dalam ayatnya banyak berbeda dengan kebanyakan catatan sahabat lain, karena menurutnya kata-kata al-Qur’ān boleh diganti dengan sinonimnya, baik untuk lebih menjelaskan maknanya, atau agar mudah dibaca orang suku tertentu.
 c. Sebagian kata dalam ayat diganti dengan kata lain dengan maksud agar lebih jelas. Misalnya kata shauman (puasa) dalam surat Maryam ayat 26 diganti shamtan (diam), karena meksud ayat tersebut adalah nazar berpuasa untuk diam tidak berkata-kata.

3. Mushaf Ubay ibn Ka’ab


 Mushaf Ubay ibn Ka'ab memiliki cii sebagai berikut :
 a. Urutan surat berbeda dengan urutas mushaf Utsmani.
 b. Jumlah surat lebih banyak, dengan tambahan surat al-Khal’u dan al-Hafdu yang keduanya memuat doa qunut, karena menurut Ubay kedua doa tsb termasuk yang diwahyukan.
     Doa Khal’u sbb:

اللهم انا نستعين بك ونستغفرك و نثني عليك الخير ولا نكفرك ونخلع

                                  Doa Khafdhu sbb:

بسم االله الرحمن الرحيم اللهم اياك نعبد ولك نصلي ونسجد واليك نسعى ونخفض 

 c. Surat al-Fiil dan al-Quraisy disatukan karena dianggap satu surat dan tidak dimulai dengan Basmalah.
 d. Surat az-Zumar diawali dengan “Hamim”, sehingga dalam al-Qur’ān terdapat 8 surat yang dimulai dengan “Hamim”.
 e. Dalam mushaf Ubay ini banyak terdapat bacaan yang berbeda dengan bacaan masyhur, seperti beberapa kata dalam ayat-ayat tertentu diganti dengan kata-kata lain yang dianggap sinonim dan maknanya tetap sama.